Senin, 07 Mei 2012

hubungan bilateral bisnis dengan negara lain

Hubungan Bilateralbisnis dengan Negara lain


Kerjasama Indonesia – Australia 
Dari hasil kerjasama dengan Australia ini telah dicapai kesepakatan dan beberapa kerjasama yang cukup menguntungkan kedua belah pihak terutama di sector peternakan. 
Kerjasama bilateral Indonesia - Australia di bidang Pertanian khususnya sector peternakan telah berlangsung dalam waktu yang lama. Australia telah membantu Indonesia lebih dari 20 tahun untuk memberantas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan kini Indonesia termasuk negara yang bebas PMK dan diakui secara internasional. Australia juga telah membantu Indonesia membangun Balai Penelitian Peternakan di Ciawi - Bogor. 
Kerjasama di bidang pertanian antara Indonesia dan Australia diwadahi dalam suatu Working Group yaitu WGAFC.  Pada pelaksanaan Sidang WGAFC XI di Melbourne, Ketua WGAFC Australia dipimpin Dr. Paul Morris, Executive Manager of Market Access and Biosecurity-AFFA, sedangkan Ketua WGAFC XI Indonesia adalah Dr. Delima Hasri Azahari.  Struktur organisasi WGAFC terdiri dari 4 Task Force yaitu (1) Task Force on Crops and Plant Products, (2) Task Force on Agribusiness and Support System, (3)  Task Force on Livestock and Animal Products, (4) Quarantine Consultation. 
Beberapa kesepakatan dalam pertemuan WGAFC XI tanggal 3 – 5 Maret 2005 di Melbourne tersebut adalah sebagai berikut  : 
1.   Investment opportunities in Indonesian Food and Agriculture Sector 
Bayiss Associates Pty Ltd telah melakukan analisis dan menyampaikan informasi bahwa beberapa sektor yang berpeluang  dan perlu dilihat serta dipertimbangkan oleh pengusaha-pengusaha Australia diantaranya dalam: pengolahan keju, pengolahan sapi, pengembangan usaha roti, pengolahan dan pengepakan. 
2.    Post Tsunami Reconstruction  
Australia melalui ACIAR (Dr. John Skerritt) menginformasikan bahwa pemerintah Australia telah memberikan bantuan kemanusiaan diantaranya : kesehatan dan sanitasi air; koordinasi dan jasa pendukung; produk-produk makanan  berkisar $ 33 juta. Hal ini ditegaskan pula dalam pernyataan Perdana Menteri  Howard, bantuan Australia sebesar $ 1 milyar melalui Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD).  Bantuan yang diberikan berupa hibah sebesar $ 500 juta dan loan jangka panjang sebesar $ 500 juta. Fokus bantuan dalam proyek pengembangan ekonomi dan sosial . 
Indonesia – Suriname 
Pada bulan Juli 1991 telah berkunjung rombongan Menteri Sosial, Tenaga Kerja dan Perumahan Rakyat Suriname kepada Menteri Pertanian RI, pokok pembicaraan mengenai kemungkinan diadakan kerjasama 2 negara di bidang pertanian. Pada kesempatan tersebut Bapak Menteri Pertanian RI memberikan bibit bawang putih varietas Tawang Mangu Baru dan bawang merah varietas Bima Tegal dengan berat masing-masing 5,5 kg untuk dicoba di Suriname. 
Pada bulan Mei 1994 rombongan Presiden Suriname telah melakukan kunjungan ke Indonesia. Pihak Suriname berkeinginan untuk mengimpor CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 4000-6000 ton per tahun dari Indonesia dan membeli teh (raw material) untuk diolah di Suriname.  Pada bulan Juli 1944 sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden Suriname ke Indonesia, rombongan pengusaha Indonesia telah berkunjung ke Suriname dalam rangka mengadakan orientasi/penjajakan kemungkinan mengadakan investasi dan kerjasama perdagangan dengan mitra dagang Suriname di bidang sumberdaya hutan, kelapa sawit, industri alat berat pertanian, dll. Pada bulan September 1997 Deptan memberikan informasi bahwa belum dipenuhinya permintaan bantuan kepada Suriname oleh pihak Indonesia disebabkan karena belum adanya kejelasan mengenai pembiayaan serta bentuk kerjasama yang diinginkan. 

Indonesia – Gambia
Dalam rangka kerjasama Selatan-selatan, Indonesia sejak dinyatakan sebagai negara yang berhasil dalam berswasembada pangan pada awal tahun 1982, telah memberikan bantuan pertanian kepada 28 negara yang sedang berkembang diantaranya 15 negara di Afrika termasuk Gambia untuk membantu meningkatkan sektor pertanian rakyat antara lain dengan mengirim para petani dan pejabat negara-negara Afrika tersebut untuk dilatih di Indonesia. 
Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan FAO membangun 2 pusat pelatihan pertanian (Agriculture Rural Farmers Training Centre /ARFTC), masing-masing di Jenoi, Gambia untuk wilayah Afrika Barat dan di Tanzania untuk wilayah Afrika Timur.  ARFTC Jenoi, Gambia yang dioperasikan sejak tahun 1998 telah melatih sebanyak lebih dari 1500 petani Gambia dan diantaranya sekitar 60 orang petani dari 6 negara Afrika Barat (Senegal, Mali, Niger, Sierra Leone, Guinea Bissau, Guinea Conakry).  Bantuan Pemerintah Indonesia kepada Gambia tersebut seluruhnya mencapai US$ 1, 4 juta yang direalisasikan dalam beberapa tahap sejak tahun 1996 dan bantuan tersebut  berakhir bulan Desember 2003.  Pada Bulan September 2003 Tim Evaluasi Pertanian dari Indonesia telah mengunjungi kedua pusat pelatihan ARFTC di Jenoi Gambia dan di Dar Es Salaam Tanzania dan hasilnya ARFTC Jenoi Gambia dinyatakan sebagai Pusat Pelatihan Pertanian yang terbaik.  Pusat Pelatihan ARFTC dinilai sangat bermanfaat dan para petani yang telah dilatih di Pusat tersebut telah mengembangkan dan menerapkan pengetahuannya di lapangan dan hasilnya menunjukkan produksi pertanian mereka meningkat 2 sampai 3 kali lipat dari sebelumnya. 
Menteri Pertanian RI telah memutuskan memberikan bantuan berupa 4 unit Hand tractors (power tiller), 400 buah cangkul dan 400 buah sabit. Bantuan ini dianggarkan dalam DIP TA 2004 dan telah disampaikan kepada Gambia pada tahun 2004 dengan bantuan transportasinya berasal dari FAO. 
Indonesia – Tanzania 
Tanzania telah aktif turut serta dalam program KTNB yang dise­lenggarakan Indonesia sejak tahun 1982. Sampai dengan program tahun 1995/1996 sudah tercatat 177 warga negara Tanzania yang mengikuti program KTNB.  Program magang bagi petani Tanzania sejak tahun 1990 - 1998 sebanyak 4 angkatan (28 orang petani dan 5 penyuluh peranian) ; Program pelatihan bagi pejabat pertanian Tanzania pada tahun 1995 sebanyak 2 orang (1 orang untuk Program Field Workshop on Agriculture Extension dan 1 orang untuk Rice Production Technique Course).
Departemen Pertanian RI telah melaksanakan beberapa kerjasama teknik di bidang pertanian diantaranya adalah program magang bagi petani Tanzania, Program pelatihan bagi pejabat pertanian Tanzania, mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) atau Farmers Agriculture and Rural Training Center (FARTC), serta pengiriman tenaga ahli pertanian Indonesia ke Tanzania.  Pendirian FARTC di desa Mkido-Morogoro-Tanzania merupakan kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Jepang serta FAO Representative di Dar Es Salaam yang bertujuan untuk memfasilitasi para petani Alumni Program Magang di Indonesia sehingga diharapkan dapat memberikan/ menyebarluaskan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti program magang di Indonesia.   
Bangunan FARTC (gedung serba guna), pengadaan kendaraan dan motor serta sarana diklat dan bantuan pompa air senilai US$ 155,000 merupakan sumbangan dari masyarakat petani Indonesia dimana penyalurannya dilakukan melalui dana abadi petani Indonesia yang disimpan oleh FAO Roma.  Pembangunan FARTC merupakan inisiatif Indonesia sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi pangan di Tanzania melalui pertanian.  Dengan bantuan ini telah menunjukkan hasil yang cukup berarti yaitu hasil gabah telah meningkat dari sebelumnya 3,8 ton/ha menjadi 6 ton/ha. 
Pengiriman Tenaga Ahli :
  1. Tahun 1995 telah dikirimkan 3 orang Tim Tenaga Ahli Indonesia ke Tanzania yang terdiri dari 1 (satu) orang peneliti, 1 (satu) orang penyuluh, dan 1 (satu) orang petani.
  2. Tahun 1998 telah dikirimkan 3 orang tim teknis (1 orang petani, 1 orang Teknisi Mekanisasi, dan 1 orang penyuluh) ke Zanzibar dan 2 orang Tim teknis (Penyuluh Pertanian Senior / PPS) ke Tanzania. Pengiriman ke Zanzibar bertujuan untuk membantu petani Zanzibar dengan melakukan Dem-farm padi di desa Cheju, Zanzibar.  Sedangkan yang ke Tanzania bertujuan untuk membantu kegiatan Agricultural Training Centre di FATRC di Desa Mkindo-Morogoro, Tanzania dengan bantuan dana dari TCP-FAO Roma.
  3. Tenaga ahli Indonesia ke KATC (Kalimanjaro Agricultural Training Centre) dalam proyek pelatihan dan pemanfaatan hewan (kerbau) di lahan pertanian.Kerjasama ini dilaksanakan dengan konsep Tripartite Financing Management dan Triangle Co-operation. Pengiriman  pertama  adalah seorang expert dari petani pada bulan Oktober - Desember 1997, sedangkan pada tahap berikutnya adalah 2 orang tenaga ahli pertanian pada bulan Februari–April 1999. 
Selain dari pengiriman tenaga ahli, pemerintah Indonesia juga telah memberikan bantuan peralatan mesin pertanian berupa hand tractor  sebanyak 2 (dua) buah yang merupakan realisasi kerjasama bilateral kedua negara di bidang pertanian lainnya. 

 Indonesia – Madagaskar 
Kerjasama dengan Pemerintah Madagaskar di bidang petanian belum terlaksana secara kontinyu, tetapi berdasarkan permintaan Pemerintah Madagaskar Pemerintah Indonesia telah 2 kali mengirimkan tenaga ahli Pertanian melalui Pola kerjasama Tripartit Indonesia – Jepang (JICA) – Madagaskar. Tahun 2002 – 2003 2 (dua) orang tenaga ahli pertanian dan tahun 2004 – 2005 2 (dua) orang tenaga ahli pertanian Indonesia yaitu di bidang Rice Cultivation dan Agriculture Machinary yang ditempatkan di daerah Ambatondrazaka. 
Madagaskar sangat membutuhkan bantuan Indonesia terutama di bidang pertanian dan mengharapkan keahlian dan kemajuan pertanian di Indonesia dapat ditransfer ke Madagaskar,  Madagaskar juga mengharapkan Indonesia untuk dapat mempertimbangkan kembali membeli cengkeh Madagaskar  dan Madagaskar akan menawarkan harga khusus.
Indonesia – Papua New Guinea
Di bidang kerjasama teknik, PNG selama ini telah memanfaatkan dan mengikuti secara aktif program-program "Kerjasama Teknik antara Negara Berkembang (KTNB)" Indonesia. Program-program KTNB yang diikuti adalah di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan, pembangunan desa, pekerjaan umum dan koperasi. Pemerintah PNG menghargai bantuan yang telah diberikan Pemerintah Indonesia di bidang ini.  Untuk mengembangkan sumberdaya manusia di masa yang akan datang, Pemerintah PNG juga mengharapkan agar latihan yang diberikan selama ini terus dapat dilanjutkan terutama di bidang pertanian.  
Pada dasarnya kerjasama bilateral di bidang pertanian antara  Indonesia - Papua New Guinea belum dilakukan secara optimal. Dasar hubungan bilateral RI-PNG mengacu pada Basic Arrangement  yang ditandatangani oleh kedua negara pada tahun 1990. Pertemuan bilateral I RI-PNG dilaksanakan pada tanggal 12-13 Februari 2001, di Jayapura, Irian Jaya, sebagai Review Basic Arrangement yang mengatur tentang masalah-masalah di perbatasan kedua negara tahun 1990, yang telah diperpanjang selama 1 (satu) tahun. Pada pertemuan tersebut telah dihasilkan kesepakatan-kesepakatan untuk perubahan/usul-usul kedua negara antara lain tentang pengaturan masalah-masalah pabean dan karantina.
Pada tanggal 16 Nopember s/d 2 Desember 1996 telah berkunjung ke Indonesia rombongan Mahasiswa dari Higlands Agricultural College, Mt. Hagen, Papua New Guinea yang berjumlah 50 orang.  Kunjungan tersebut dilaksanakan dalam rangka mempelajari dari dekat tentang perkembangan pertanian di Indonesia, khususnya bidang peternakan, perikanan, manajemen pelayanan penyuluhan, strategi pemasaran dan fasilitas-fasilitas pinjaman keuangan dalam menunjang pengembangan pertanian.
Pada tanggal 8 s/d 18 Juli 1996 telah berkunjung rombongan dari PNG yang terdiri dari petani dan asosiasi kelapa sawit.  Maksud kunjungan adalah dalam rangka : (a) Menambah pengetahuan/pengalaman para petani/ pejabat terkait tentang kemajuan-kemajuan di bidang "Processing dan Marketing" kelapa sawit di Indonesia, (b) Mengadakan pertemuan dengan para petani, tenaga ahli maupun para peneliti di pusat-pusat penelitian kelapa sawit,  (c) Mengadakan kunjungan ke lapangan (petani kelapa sawit) yang telah sukses mengembangkan perkebunan kelapa sawit, (d) Mengadakan tukar menukar informasi/pengalaman dengan sesama petani kelapa sawit di Indonesia. (e) Mengunjungi instansi terkait lainnya yang mempunyai kontribusi penting di dalam mengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Dalam rangka melakukan studi banding teknik pengembangan tanaman padi, Tim Studi Banding PNG meninjau dan belajar tentang sistim tanaman/ pertanian padi di Jayapura dan sekitarnya, pada tanggal 11-12 Maret 2000 telah berkunjung rombongan dari Gulf Province salah satu propinsi di PNG.  Rombongan terdiri dari para pejabat Pemerintahan, Ketua Kelompok Pertanian serta wakil dari para petani setempat.   Pelaksanaan kunjungan dimaksud diatur dan dikoordinir oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Irian Jaya. 
Hasil pertemuan Sidang I Komisi Bersama RI – PNG di Port Moresby 4 – 6 Juni 2003 disepakati untuk membentuk Working Group Agriculture, Quarantine, Marine and Fisheries.  Departemen Pertanian diharapkan menjadi Focal Point untuk Working Group tersebut.  Sebagai anggota Working Group Dep. Kelautan dan Perikanan telah Menindaklanjuti kesepaktan pada Sidang I Komisi Bersama melalui pertemuan berskala internasional guna membahas masalah pulau-pulau kecil di perbatasan.  Pada saat ini sedang dipelajari kemungkinan pembuatan Kepres yang berkaitan dengan pulau-pulau kecil terluar.  Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil serta Ditjen Perikanan Tangkap diusulkan untuk ikut berperan dalam hal ini. 
Pada tanggal 28 – 30 Oktober 2003 telah dilaksanakan Sidang Perundingan Joint Border Committee (JBC) RI – PNG ke-22 di Madang, Papua New Guinea.  Hasil dari sidang tersebut yang berkaitan dengan bidang pertanian adalah :
  1. Kedua belah pihak sepakat akan mebuka Pos Lintas Batas, apabila dimungkinkan akan dibuka pada bulan Juni 2004.  Hal ini didukung pihak PNG karena waktu pembukaan pos perbatasan pada bulan Juni 2004 bersamaan dengan waktu pelaksanaan Launching Cross-Border Vehicle Movements Arrangements.
  2. Telah ditandatangani MoU on Collaborative Plant and Animal Health and Quarantine Activities between PNG and Indonesia
Pengiriman tenaga ahli pertanian Indonesia, melalui kerjasama Tripartite Indonesia – PNG – Jepang, pada tanggal 27 Oktober 2003 – 24 Januari 2004 telah dikirimkan expert dari Indonesia dibidang Rice Cultivation untuk kegiatan Promotion of Smallholder Rice Production Development, dan telah dilaksanakan dengan baik, dan untuk saat ini telah dilakukan perpanjangan selama 1 tahun. 
Dibidang pertukaran informasi, memenuhi permintaan pihak East Britain Provincial Administartion (ENBPA), PNG Indonesia telah menyampaikan informasi tentang processing kelapa sawit di Indonesia, sebagai berikut :
Historical Statistics (development, production, export, Indonesian consumption):
a.                   Structure of the Industry
b.                  Location of the Industry
c.                   Intended Expansion
d.                  Soils (most suitable)
e.                   Planting Material
f.                   Climate (rainfall, sunlight/solar radiation) most suitable
g.                  Transport Infrastructure
h.                  Social Infrastructure (schools, hospitals, community centers)
i.                    Production Models (eg. Nucleus Estate/Settlers)
j.                    Incentive to Develop.
k.                  What is meant by "plasma/tree crop transmigration program" 
Pada tanggal 1 – 9 Maret 2004 telah diadakan kunjungan 4 (empat) orang pejabat Deptan PNG dengan dikoordinir oleh JICA yang akan mempelajari  bidang Rice Farmers, Group and Activities dalam rangka kerjasama teknik dengan Pemerintah Jepang (JICA).   
Pada tanggal 24 – 26 Juni 2004 telah dilaksanakan Informal Bilateral Meeting RI – PNG di Jayapura.  DELRI dipimpin oleh Kepala Badan Karantina.  Agenda yang dibahas adalah  (1) Agribusiness and Trade Consultation dan (2) Sanitary and Phytosanitary Consultation. 
Pada tanggal 6 – 13 Desember 2004 telah berkunjung 2 (dua) orang pejabat  Deptan PNG dan 2 (dua) orang petani PNG dan JICA bertindak sebagai fasilitator bermaksud untuk mempelajari Rice Farmers, Group and Activities terutama untuk dataran tinggi.
Kerjasama RI – Arab Saudi
Kunjungan Delegasi Bank Pertanian Saudi cabang Jeddah / 7-11 Pebruari 2005
Maksud daripada kunjungan tersebut adalah untuk menggali potensi kerjasama bilateral antara kedua negara di bidang peternakan, perkebunan dan perikanan serta juga melihat kemungkinan melakukan investasi di indonesia.
Pada tanggal 7 Pebruari 2005 kunjungan lapangan dilakukan ke peternakan skala menengah yaitu layer farm (peternakan ayam ras petelur) dan broiler farm (peternakan ayam ras pedaging) di Kabupaten Bogor.
Pada hari berikutnya delegasi berkesempatan mengunjungi perkebunan dan pabrik teh di Gunung Mas milik PT. Perkebunan Nusantara VIII untuk meninjau proses produksi teh dari pemetikan hingga pengepakan dan dilanjutkan kunjungan ke Taman Bunga Nusantara. Pada kunjungan ini delegasi bermaksud untuk mengadaptasi pola perkebunan rumah kaca yang dikelola untuk berbagai jenis tanaman terutama untuk jenis tanaman yang hidup didaerah tropis.
Pada hari terakhir kunjungan, dengan berkoordinasi dengan DKP, delegasi melakukan kunjungan ke Usaha Pembudidayaan Ikan Hias dan Usaha Pembudidayaan Ikan Lele di Parung, Jawa Barat. Setelah itu delegasi melanjutkan kunjungan ke Industri Kapal Ikan, PT. Prima Maritim Nusantara Nusantara di Gunung Putri, Jawa Barat. Pada kesempatan ini delegasi berminat dengan teknologi pembuatan kapal yang diterapkan yang dapat menghasilkan tiga kapal dalam satu hari dan berminat  pula untuk melakukan pembelian beberapa unit kapal.
Dari hasil kunjungan ini delegasi merangkum semua informasi yang telah diperoleh mengenai keinginan untuk mengimport atau melakukan invetasi dalam bentuk laporan dan menyampaikan ke Lembaga Pemerintah terkait untuk dapat ditindak lanjuti dan direalisasikan ke dalam suatu kerjasama bilateral dua negara.  
Kerjasama Indonesia – Belanda
Working Group on Agriculture ke-10 Indonesia – Belanda, 16 Juni 2005
Merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-9 di Belanda. Pada pertemuan kali ini Indonesia kembali mengusulkan kembali 4 bentuk kerjasama yang berpeluang untuk memperoleh bantuan dari Pemerintah Belanda, yaitu : Support to the Merauke’s Rice Seed Institute; Request for Dutch Support to the center for Alleviation of Poverty through Secondary Crops/CAPSA; Improving the Control of Golden Potato Cyst Nematoda; Development of Horticultural Organic Farming.
Dalam kerangka kerjasama antar swasta melalui Program for Cooperation with Emerging Market (PSOM), pihak Belanda mengharapkan pelaku agribisnis Indonesia untuk lebih aktif dalam mencari partner bisnisnya di Belanda.
Berkaitan dengan masalah import bibit kentang dari Belanda, pihak Belanda memahami penjelasan Indonesia mengenai aturandan syarat impor bibit kentang ke Indonesia yang harus pula mengikuti peraturan perkarantinaan yang berlaku.
Menindaklanjuti proyek PBSI (Programme Bilateral Sammenwerken Indonesia)yang bertujuan untuk pengembangan capacity building penanganan masalah-masalah perdagangan internasional/WTO, pihak Belanda menyetujui untuk kelanjutan proyek tersebut dan mengharapkan Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan dapat membuat dan memformulasikan proposal baru untuk kegiatan tersebut.
Kerjasama RI – Belanda – Malaysia
Trilateral Meeting ke-3, Indonesia-Malaysia-Belanda / 15-17 Juni 2005
Pertemuan Trilateral Indonesia, Malaysia dan Belanda yang dibentuk tahun 2003 bertujuan untuk meningkatkan akses pasar produk-produk pertanian Indonesia dan Malaysia ke pasar Uni Eropa dengan bantuan Belanda termasuk bantuan teknis mengenai food safety.
Dalam tahap pertama, cakupan kerjasama trilateral tersebut disepakati untuk tiga komoditi yaitu Palm Oil, shrimps, sayuran dan buah tropis yang pada pertemuan ini dibentuk kedalan Working Group untuk masing-masing komoditi.
WG on Palm Oil
Usulan kerjasama yang dibahas dan memperoleh respon positif dari pihak Belanda adalah 4 proyek yaitu Study on Possible of Minerals Oil in Crude Palm oil in Malaysia; Establishment of MRLs for Pesticide Residues in Crude Palm Oil; Workshop on Food Safety Guidelines at Province Level; RSPO Satelite Office.
WG on Tropical Fruits and Vegetables
Pada pertemuan tersebut dilaporkan mengenai pengalaman yang diperoleh dari pertemuan Fruit Logistica, February 2005 tentang akses pasar untuk buah tropis dan sayuran bagi pasar Belanda dan Uni Eropa. Disampaikan pula tentang beberapa trend dan permintaan pasar bagi produk hortikultura di pasar Belanda dan Uni Eropa seperti permintaan kontak langsung, focus pada kekhasan produk, hubungan dan komunikasi langsung, promosi dan pendidikan orientasi konsumen.
WG on Shrimp
Pertemuan melaporkan kemajuan pelaksanaan proyek dan menyampaikan rencana kerja bidang shrimp termasuk Safe and  Sustainable Shrimp Farming at Farm Level; Mangrove Rehabilitation; Shrimp Farming in Aceh Policy and Practice.            
Kerjasama RI – Mesir
Joint Commission Meeting ke-4, Indonesia – Mesir / 18-19 Juni 2005
Sidang yang berlangsung di Cairo menghasilkan beberapa kesepakatan yang dituangkan kedalam Agreed Minutes yang ditandatangani oleh masing-masing Ketua delegasi. Pada Sidang ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perdagangan RI dan delegasi Mesir dipimpin oleh Menteri Kerjasama Internasional Mesir.
Bidang yang kerjasama yang disepakati pada Agreed Minutes tersebut adalah : 
  • Hubungan perdagangan
  • Teknik dan ekonomi
  • Industri
  • Investasi
  • Pariwisata
  • Transportasi
  • Bank Sentral
  • Komunikasi, teknologi dan Informasi
  • IPTEK
  • Budaya, Pendidikan, Pemuda dan olah raga
  • Kesehatan
  • Pertanian
Khusus di bidang pertanian kedua negara menegaskan kembali pentingnya realisasi usulan kerjasama yang pernah disampaikan sebelumnya, dimana pihak Mesir mengusulkan i) peningkatan kerjasama bidang pertanian; ii) pertukaran ilmu; iii) pengembangan kerjasama dibidang produksi pertanian dan peternakan di daerah Toshka; iv) joint venture revitalisasi pabrik gula di Indonesia, produksi dan industri pupuk, palm oil refinery berikut produknya; v) eksportasi produk sampingan industri gula. Sedangkan dari pihak Indonesia juga menggaris bawahi pentingnya merealisasikan sejumlah usulan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya antara lain : peningkatan kerjasama dibidang agribisnis pertanian, kerjasama pembangunan irigasi pertanian, pengembangan produk hortikultura, pengembangan industri pupuk, joint venture dibidang pergulaan, CPO dan perkapasan. Kedua pihak sepakat melaksanakan
kerjasama disektor peternakan yang ditandai dengan ditandatanganinya MoU on Veterinary Services and Quarantine Cooperation oleh Dirjen ASPASAF Departemen Luar Negeri sebagai Ketua Delri pada tingkat SOM) dan Dirjen Peternakan Mesir.
Untuk kerjasama teknik disepakati akan diadakan pertukaran tenaga ahli; program pelatihan; teknologi dan trainees di bidang pertanian.  
Kerjasama RI – dengan Negara Timteng
Pertemuan Informal Menteri Pertanian RI dengan Duta Besar Kawasan Timur Tengah / 29 Juli 2005
Pertemuan yang berlangsung di Perkebunan Teh milik PT. Perkebunan Nusantara VIII di hadiri perwakilan dari 12 negara Timur Tengah dan sejumlah pejabat dari berbagai instansi Pemerintah seperti Dep. Perdagangan, Dep. Keuangan, Dep. Luar Negeri, Dep. Kehutanan, Dep. Kelautan dan Perikanan, Bappenas, BKPM, Meneg BUMN, Perbankan dan  beberapa pengusaha swasta.Pertemuan tersebut juga dimaksudkan untuk mempromosikan potensi industri teh yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara VIII yang pada bulan Mei juga turut sebagai delegasi pada kunjungan kerja Menteri Pertanian ke Timur Tengah.
Kerjasama RI - Yaman
Sidang ke-1  Komisi Bersama Indonesia – Yaman,  
Yogyakarta 8-10 Agustus 2005
Pada Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting-SOM) antara kedua negara, dilaksanakan pada tanggal 8-9 Agustus 2005. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Dep. Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh Wakil Menteri Kerjasama Internasional, Kementrian Perencanaan dan Kerjasama Internasional Republik Yaman. Delegasi dari Departemen Pertanian diwakili oleh Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian dan Kepala Bagian Bilateral, Biro KLN.Di Pertemuan Tingkat SOM tersebut dibahas isu-isu untuk mempromosikan hubungan bilateral di bidang ekonomi antara lain Perdagangan; Investasi; Industri; Perminyakan; Bank Sentral dan Kelautan dan Perikanan.Sedangkan untuk bidang sosial, kebudayaan dan IPTEK antara lain : Komunikasi; Pendidikan; Agama; Tenaga Kerja; Budaya dan Pariwisata; Transportasi Udara; Transportasi Darat; Transportasi Laut; Karsipan; Lingkungan Hidup; Pemberdayaan Perempuan dan Pelatihan Kejuruan.
Dalam Sidang Komisi Bersama ke-1 Tingkat Menteri yang berlangsung pada tanggal 10 Agustus 2005, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Yaman.  Pada pertemuan tersebut di tandatangani enam nota kesepakatan yaitu di bidang Kesehatan; Kerjasama mengenai HAM; Kerjasama Promosi Perdagangan antara BPEN dengan YESC (Yemen Export Supreme Council); Kerjasama di Bidang Pertanian; Kerjasama Zona Bebas (Free Zone) antara Otorita Batam dengan Aden Free Zone serta kerjasama antar Kantor Berita (ANTARA-SABA).Memorandum of Understanding on Agricultural Cooperation antara Indonesia dan Yaman ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian RI dan Deputy Minister for International Cooperation, Ministry of Planning and International Cooperation. Kerjasama ini mencakup bidang Hortikultura, Tanaman Pangan, Peternakan, Agribisnis, Agro-industry dan lainnya.

wesel dagang

WESEL DAGANG




Surat wesel dagang adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik surat wesel atas importer sejumlah harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya.

Dalam surat wesel tersebut harus dilampiri dokumendokumen berupa:
- faktur (invoice),
- konosemen atau surat muatan (bill of lading),
- daftar isi barang (packing list),
- surat keterangan asal barang (certificate of origin),
- surat keterangan pabean,
- surat asuransi (insurence).

Wesel adalah surat perintah pembayaran dari seseorang (penarik wesel) yang ditujukan kepada orang lain (yang kena tarik) untuk membayar sejumlah uang tertentu (nilai nominal wesel) kepada seseorang yang ditunjuk dalam surat wesel (pemegang wesel) pada tanggal yang sudah ditentukan (hari jatuh tempo).

Cara pembayaran semacam ini sekarang masih banyak digunakan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Dengan surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang sebelum jatuh tempo, maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak akan menukarkannya kepada importir setelah wesel itu jatuh tempo.