Hubungan
Bilateralbisnis dengan Negara lain
Kerjasama Indonesia –
Australia
Dari hasil kerjasama dengan Australia ini telah
dicapai kesepakatan dan beberapa kerjasama yang cukup menguntungkan kedua belah
pihak terutama di sector peternakan.
Kerjasama bilateral Indonesia - Australia di bidang
Pertanian khususnya sector peternakan telah berlangsung dalam waktu yang lama.
Australia telah membantu Indonesia lebih dari 20 tahun untuk memberantas
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan kini Indonesia termasuk negara yang bebas
PMK dan diakui secara internasional. Australia juga telah membantu Indonesia
membangun Balai Penelitian Peternakan di Ciawi - Bogor.
Kerjasama di bidang pertanian antara Indonesia dan
Australia diwadahi dalam suatu Working Group yaitu WGAFC. Pada
pelaksanaan Sidang WGAFC XI di Melbourne, Ketua WGAFC Australia dipimpin Dr.
Paul Morris, Executive Manager of Market Access and Biosecurity-AFFA,
sedangkan Ketua WGAFC XI Indonesia adalah Dr. Delima Hasri Azahari.
Struktur organisasi WGAFC terdiri dari 4 Task Force yaitu (1) Task
Force on Crops and Plant Products, (2) Task Force on Agribusiness and Support
System, (3) Task Force on Livestock and Animal Products, (4) Quarantine
Consultation.
Beberapa kesepakatan dalam
pertemuan WGAFC XI tanggal 3 – 5 Maret 2005 di Melbourne tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Investment opportunities in Indonesian Food and Agriculture Sector
1. Investment opportunities in Indonesian Food and Agriculture Sector
Bayiss Associates Pty Ltd telah melakukan analisis dan
menyampaikan informasi bahwa beberapa sektor yang berpeluang dan perlu
dilihat serta dipertimbangkan oleh pengusaha-pengusaha Australia diantaranya
dalam: pengolahan keju, pengolahan sapi, pengembangan usaha roti, pengolahan
dan pengepakan.
2. Post Tsunami Reconstruction
Australia melalui ACIAR (Dr. John Skerritt)
menginformasikan bahwa pemerintah Australia telah memberikan bantuan
kemanusiaan diantaranya : kesehatan dan sanitasi air; koordinasi dan jasa
pendukung; produk-produk makanan berkisar $ 33 juta. Hal ini ditegaskan
pula dalam pernyataan Perdana Menteri Howard, bantuan Australia sebesar $
1 milyar melalui Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and
Development (AIPRD). Bantuan yang diberikan berupa hibah sebesar $
500 juta dan loan jangka panjang sebesar $ 500 juta. Fokus bantuan dalam proyek
pengembangan ekonomi dan sosial .
Indonesia – Suriname
Pada bulan Juli 1991 telah
berkunjung rombongan Menteri Sosial, Tenaga Kerja dan Perumahan Rakyat Suriname
kepada Menteri Pertanian RI, pokok pembicaraan mengenai kemungkinan diadakan
kerjasama 2 negara di bidang pertanian. Pada kesempatan tersebut Bapak Menteri
Pertanian RI memberikan bibit bawang putih varietas Tawang Mangu Baru dan
bawang merah varietas Bima Tegal dengan berat masing-masing 5,5 kg untuk dicoba
di Suriname.
Pada bulan Mei 1994 rombongan Presiden Suriname telah melakukan kunjungan ke
Indonesia. Pihak Suriname berkeinginan untuk mengimpor CPO (Crude Palm Oil)
sebanyak 4000-6000 ton per tahun dari Indonesia dan membeli teh (raw material)
untuk diolah di Suriname. Pada bulan Juli 1944 sebagai tindak lanjut
kunjungan Presiden Suriname ke Indonesia, rombongan pengusaha Indonesia telah
berkunjung ke Suriname dalam rangka mengadakan orientasi/penjajakan kemungkinan
mengadakan investasi dan kerjasama perdagangan dengan mitra dagang Suriname di
bidang sumberdaya hutan, kelapa sawit, industri alat berat pertanian, dll. Pada
bulan September 1997 Deptan memberikan informasi bahwa belum dipenuhinya
permintaan bantuan kepada Suriname oleh pihak Indonesia disebabkan karena belum
adanya kejelasan mengenai pembiayaan serta bentuk kerjasama yang diinginkan.
Indonesia – Gambia
Dalam rangka kerjasama
Selatan-selatan, Indonesia sejak dinyatakan sebagai negara yang berhasil
dalam berswasembada pangan pada awal tahun 1982, telah memberikan bantuan
pertanian kepada 28 negara yang sedang berkembang diantaranya 15 negara di
Afrika termasuk Gambia untuk membantu meningkatkan sektor pertanian rakyat
antara lain dengan mengirim para petani dan pejabat negara-negara Afrika
tersebut untuk dilatih di Indonesia.
Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia bekerjasama
dengan FAO membangun 2 pusat pelatihan pertanian (Agriculture Rural Farmers
Training Centre /ARFTC), masing-masing di Jenoi, Gambia untuk wilayah
Afrika Barat dan di Tanzania untuk wilayah Afrika Timur. ARFTC Jenoi,
Gambia yang dioperasikan sejak tahun 1998 telah melatih sebanyak lebih dari
1500 petani Gambia dan diantaranya sekitar 60 orang petani dari 6 negara Afrika
Barat (Senegal, Mali, Niger, Sierra Leone, Guinea Bissau, Guinea
Conakry). Bantuan Pemerintah Indonesia kepada Gambia tersebut seluruhnya
mencapai US$ 1, 4 juta yang direalisasikan dalam beberapa tahap sejak tahun
1996 dan bantuan tersebut berakhir bulan Desember 2003. Pada Bulan
September 2003 Tim Evaluasi Pertanian dari Indonesia telah mengunjungi kedua
pusat pelatihan ARFTC di Jenoi Gambia dan di Dar Es Salaam Tanzania dan
hasilnya ARFTC Jenoi Gambia dinyatakan sebagai Pusat Pelatihan Pertanian yang
terbaik. Pusat Pelatihan ARFTC dinilai sangat bermanfaat dan para petani
yang telah dilatih di Pusat tersebut telah mengembangkan dan menerapkan
pengetahuannya di lapangan dan hasilnya menunjukkan produksi pertanian mereka
meningkat 2 sampai 3 kali lipat dari sebelumnya.
Menteri Pertanian RI telah memutuskan memberikan
bantuan berupa 4 unit Hand tractors (power tiller), 400 buah cangkul dan 400 buah
sabit. Bantuan ini dianggarkan dalam DIP TA 2004 dan telah disampaikan kepada
Gambia pada tahun 2004 dengan bantuan transportasinya berasal dari FAO.
Indonesia – Tanzania
Tanzania telah aktif turut serta dalam program KTNB
yang diselenggarakan Indonesia sejak tahun 1982. Sampai dengan program tahun
1995/1996 sudah tercatat 177 warga negara Tanzania yang mengikuti program
KTNB. Program magang bagi petani Tanzania sejak tahun 1990 - 1998
sebanyak 4 angkatan (28 orang petani dan 5 penyuluh peranian) ; Program pelatihan
bagi pejabat pertanian Tanzania pada tahun 1995 sebanyak 2 orang (1 orang untuk
Program Field Workshop on Agriculture Extension dan 1 orang untuk Rice
Production Technique Course).
Departemen Pertanian RI telah melaksanakan beberapa
kerjasama teknik di bidang pertanian diantaranya adalah program magang bagi
petani Tanzania, Program pelatihan bagi pejabat pertanian Tanzania, mendirikan
Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) atau Farmers Agriculture
and Rural Training Center (FARTC), serta pengiriman tenaga ahli pertanian
Indonesia ke Tanzania. Pendirian FARTC di desa Mkido-Morogoro-Tanzania
merupakan kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Jepang serta FAO
Representative di Dar Es Salaam yang bertujuan untuk memfasilitasi para petani
Alumni Program Magang di Indonesia sehingga diharapkan dapat memberikan/
menyebarluaskan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti program magang di
Indonesia.
Bangunan FARTC (gedung serba guna), pengadaan
kendaraan dan motor serta sarana diklat dan bantuan pompa air senilai US$
155,000 merupakan sumbangan dari masyarakat petani Indonesia dimana
penyalurannya dilakukan melalui dana abadi petani Indonesia yang disimpan oleh
FAO Roma. Pembangunan FARTC merupakan inisiatif Indonesia sebagai salah
satu usaha untuk meningkatkan produksi pangan di Tanzania melalui
pertanian. Dengan bantuan ini telah menunjukkan hasil yang cukup berarti
yaitu hasil gabah telah meningkat dari sebelumnya 3,8 ton/ha menjadi 6 ton/ha.
Pengiriman Tenaga Ahli :
- Tahun 1995 telah dikirimkan 3 orang Tim Tenaga Ahli Indonesia ke Tanzania yang terdiri dari 1 (satu) orang peneliti, 1 (satu) orang penyuluh, dan 1 (satu) orang petani.
- Tahun 1998 telah dikirimkan 3 orang tim teknis (1 orang petani, 1 orang Teknisi Mekanisasi, dan 1 orang penyuluh) ke Zanzibar dan 2 orang Tim teknis (Penyuluh Pertanian Senior / PPS) ke Tanzania. Pengiriman ke Zanzibar bertujuan untuk membantu petani Zanzibar dengan melakukan Dem-farm padi di desa Cheju, Zanzibar. Sedangkan yang ke Tanzania bertujuan untuk membantu kegiatan Agricultural Training Centre di FATRC di Desa Mkindo-Morogoro, Tanzania dengan bantuan dana dari TCP-FAO Roma.
- Tenaga ahli Indonesia ke KATC (Kalimanjaro Agricultural Training Centre) dalam proyek pelatihan dan pemanfaatan hewan (kerbau) di lahan pertanian.Kerjasama ini dilaksanakan dengan konsep Tripartite Financing Management dan Triangle Co-operation. Pengiriman pertama adalah seorang expert dari petani pada bulan Oktober - Desember 1997, sedangkan pada tahap berikutnya adalah 2 orang tenaga ahli pertanian pada bulan Februari–April 1999.
Selain dari pengiriman tenaga ahli, pemerintah Indonesia juga telah
memberikan bantuan peralatan mesin pertanian berupa hand tractor
sebanyak 2 (dua) buah yang merupakan realisasi kerjasama bilateral kedua negara
di bidang pertanian lainnya.
Indonesia – Madagaskar
Kerjasama dengan Pemerintah Madagaskar di bidang
petanian belum terlaksana secara kontinyu, tetapi berdasarkan permintaan
Pemerintah Madagaskar Pemerintah Indonesia telah 2 kali mengirimkan tenaga ahli
Pertanian melalui Pola kerjasama Tripartit Indonesia – Jepang (JICA) –
Madagaskar. Tahun 2002 – 2003 2 (dua) orang tenaga ahli pertanian dan tahun
2004 – 2005 2 (dua) orang tenaga ahli pertanian Indonesia yaitu di bidang Rice
Cultivation dan Agriculture Machinary yang ditempatkan di daerah
Ambatondrazaka.
Madagaskar sangat membutuhkan bantuan Indonesia
terutama di bidang pertanian dan mengharapkan keahlian dan kemajuan pertanian
di Indonesia dapat ditransfer ke Madagaskar, Madagaskar juga mengharapkan
Indonesia untuk dapat mempertimbangkan kembali membeli cengkeh Madagaskar
dan Madagaskar akan menawarkan harga khusus.
Indonesia – Papua New Guinea
Di bidang kerjasama teknik, PNG selama ini telah
memanfaatkan dan mengikuti secara aktif program-program "Kerjasama Teknik
antara Negara Berkembang (KTNB)" Indonesia. Program-program KTNB yang
diikuti adalah di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan, pembangunan
desa, pekerjaan umum dan koperasi. Pemerintah PNG menghargai bantuan yang telah
diberikan Pemerintah Indonesia di bidang ini. Untuk mengembangkan
sumberdaya manusia di masa yang akan datang, Pemerintah PNG juga mengharapkan
agar latihan yang diberikan selama ini terus dapat dilanjutkan terutama di
bidang pertanian.
Pada dasarnya kerjasama
bilateral di bidang pertanian antara Indonesia - Papua New Guinea belum
dilakukan secara optimal. Dasar hubungan bilateral RI-PNG mengacu pada Basic
Arrangement yang ditandatangani oleh kedua negara pada tahun 1990.
Pertemuan bilateral I RI-PNG dilaksanakan pada tanggal 12-13 Februari 2001, di
Jayapura, Irian Jaya, sebagai Review Basic Arrangement yang mengatur
tentang masalah-masalah di perbatasan kedua negara tahun 1990, yang telah
diperpanjang selama 1 (satu) tahun. Pada pertemuan tersebut telah dihasilkan kesepakatan-kesepakatan
untuk perubahan/usul-usul kedua negara antara lain tentang pengaturan
masalah-masalah pabean dan karantina.
Pada tanggal 16 Nopember s/d
2 Desember 1996 telah berkunjung ke Indonesia rombongan Mahasiswa dari Higlands
Agricultural College, Mt. Hagen, Papua New Guinea yang berjumlah 50
orang. Kunjungan tersebut dilaksanakan dalam rangka mempelajari dari
dekat tentang perkembangan pertanian di Indonesia, khususnya bidang peternakan,
perikanan, manajemen pelayanan penyuluhan, strategi pemasaran dan
fasilitas-fasilitas pinjaman keuangan dalam menunjang pengembangan pertanian.
Pada tanggal 8 s/d 18 Juli
1996 telah berkunjung rombongan dari PNG yang terdiri dari petani dan asosiasi
kelapa sawit. Maksud kunjungan adalah dalam rangka : (a) Menambah
pengetahuan/pengalaman para petani/ pejabat terkait tentang kemajuan-kemajuan
di bidang "Processing dan Marketing" kelapa sawit di
Indonesia, (b) Mengadakan pertemuan dengan para petani, tenaga ahli maupun para
peneliti di pusat-pusat penelitian kelapa sawit, (c) Mengadakan kunjungan
ke lapangan (petani kelapa sawit) yang telah sukses mengembangkan perkebunan
kelapa sawit, (d) Mengadakan tukar menukar informasi/pengalaman dengan sesama
petani kelapa sawit di Indonesia. (e) Mengunjungi instansi terkait lainnya yang
mempunyai kontribusi penting di dalam mengembangan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia.
Dalam rangka melakukan studi banding teknik
pengembangan tanaman padi, Tim Studi Banding PNG meninjau dan belajar tentang
sistim tanaman/ pertanian padi di Jayapura dan sekitarnya, pada tanggal 11-12
Maret 2000 telah berkunjung rombongan dari Gulf Province salah satu
propinsi di PNG. Rombongan terdiri dari para pejabat Pemerintahan, Ketua
Kelompok Pertanian serta wakil dari para petani setempat. Pelaksanaan
kunjungan dimaksud diatur dan dikoordinir oleh Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Irian Jaya.
Hasil pertemuan Sidang I Komisi Bersama RI – PNG di
Port Moresby 4 – 6 Juni 2003 disepakati untuk membentuk Working Group
Agriculture, Quarantine, Marine and Fisheries. Departemen Pertanian
diharapkan menjadi Focal Point untuk Working Group tersebut. Sebagai
anggota Working Group Dep. Kelautan dan Perikanan telah Menindaklanjuti
kesepaktan pada Sidang I Komisi Bersama melalui pertemuan berskala internasional
guna membahas masalah pulau-pulau kecil di perbatasan. Pada saat ini
sedang dipelajari kemungkinan pembuatan Kepres yang berkaitan dengan
pulau-pulau kecil terluar. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil serta
Ditjen Perikanan Tangkap diusulkan untuk ikut berperan dalam hal ini.
Pada tanggal 28 – 30 Oktober 2003 telah
dilaksanakan Sidang Perundingan Joint Border Committee (JBC) RI – PNG ke-22 di
Madang, Papua New Guinea. Hasil dari sidang tersebut yang berkaitan
dengan bidang pertanian adalah :
- Kedua belah pihak sepakat akan mebuka Pos Lintas Batas, apabila dimungkinkan akan dibuka pada bulan Juni 2004. Hal ini didukung pihak PNG karena waktu pembukaan pos perbatasan pada bulan Juni 2004 bersamaan dengan waktu pelaksanaan Launching Cross-Border Vehicle Movements Arrangements.
- Telah ditandatangani MoU on Collaborative Plant and Animal Health and Quarantine Activities between PNG and Indonesia.
Pengiriman tenaga ahli pertanian Indonesia, melalui kerjasama Tripartite
Indonesia – PNG – Jepang, pada tanggal 27 Oktober 2003 – 24 Januari 2004 telah
dikirimkan expert dari Indonesia dibidang Rice Cultivation untuk
kegiatan Promotion of Smallholder Rice Production Development, dan telah
dilaksanakan dengan baik, dan untuk saat ini telah dilakukan perpanjangan
selama 1 tahun.
Dibidang pertukaran
informasi, memenuhi permintaan pihak East Britain Provincial Administartion
(ENBPA), PNG Indonesia telah menyampaikan informasi tentang processing
kelapa sawit di Indonesia, sebagai berikut :
Historical Statistics
(development, production, export, Indonesian consumption):
a.
Structure
of the Industry
b.
Location
of the Industry
c.
Intended
Expansion
d.
Soils
(most suitable)
e.
Planting
Material
f.
Climate
(rainfall, sunlight/solar radiation) most suitable
g.
Transport
Infrastructure
h.
Social
Infrastructure (schools, hospitals, community centers)
i.
Production
Models (eg. Nucleus Estate/Settlers)
j.
Incentive to Develop.
k.
What is meant by
"plasma/tree crop transmigration program"
Pada tanggal 1 – 9 Maret 2004 telah diadakan
kunjungan 4 (empat) orang pejabat Deptan PNG dengan dikoordinir oleh JICA yang
akan mempelajari bidang Rice Farmers, Group and Activities dalam
rangka kerjasama teknik dengan Pemerintah Jepang (JICA).
Pada tanggal 24 – 26 Juni 2004 telah dilaksanakan
Informal Bilateral Meeting RI – PNG di Jayapura. DELRI dipimpin oleh
Kepala Badan Karantina. Agenda yang dibahas adalah (1) Agribusiness
and Trade Consultation dan (2) Sanitary and Phytosanitary Consultation.
Pada tanggal 6 – 13 Desember 2004 telah berkunjung
2 (dua) orang pejabat Deptan PNG dan 2 (dua) orang petani PNG dan JICA
bertindak sebagai fasilitator bermaksud untuk mempelajari Rice Farmers,
Group and Activities terutama untuk dataran tinggi.
Kerjasama RI – Arab Saudi
Kunjungan Delegasi Bank
Pertanian Saudi cabang Jeddah / 7-11 Pebruari 2005
Maksud daripada kunjungan tersebut adalah untuk
menggali potensi kerjasama bilateral antara kedua negara di bidang peternakan,
perkebunan dan perikanan serta juga melihat kemungkinan melakukan investasi di
indonesia.
Pada tanggal 7 Pebruari 2005 kunjungan lapangan
dilakukan ke peternakan skala menengah yaitu layer farm (peternakan ayam ras
petelur) dan broiler farm (peternakan ayam ras pedaging) di Kabupaten Bogor.
Pada hari berikutnya delegasi berkesempatan mengunjungi
perkebunan dan pabrik teh di Gunung Mas milik PT. Perkebunan Nusantara VIII
untuk meninjau proses produksi teh dari pemetikan hingga pengepakan dan
dilanjutkan kunjungan ke Taman Bunga Nusantara. Pada kunjungan ini delegasi
bermaksud untuk mengadaptasi pola perkebunan rumah kaca yang dikelola untuk
berbagai jenis tanaman terutama untuk jenis tanaman yang hidup didaerah tropis.
Pada hari terakhir kunjungan, dengan berkoordinasi
dengan DKP, delegasi melakukan kunjungan ke Usaha Pembudidayaan Ikan Hias dan
Usaha Pembudidayaan Ikan Lele di Parung, Jawa Barat. Setelah itu delegasi
melanjutkan kunjungan ke Industri Kapal Ikan, PT. Prima Maritim Nusantara
Nusantara di Gunung Putri, Jawa Barat. Pada kesempatan ini delegasi berminat
dengan teknologi pembuatan kapal yang diterapkan yang dapat menghasilkan tiga
kapal dalam satu hari dan berminat pula untuk melakukan pembelian
beberapa unit kapal.
Dari hasil kunjungan ini delegasi merangkum semua
informasi yang telah diperoleh mengenai keinginan untuk mengimport atau
melakukan invetasi dalam bentuk laporan dan menyampaikan ke Lembaga Pemerintah terkait untuk dapat ditindak lanjuti dan
direalisasikan ke dalam suatu kerjasama bilateral dua negara.
Kerjasama Indonesia – Belanda
Working Group on Agriculture
ke-10 Indonesia – Belanda, 16 Juni 2005
Merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-9 di
Belanda. Pada pertemuan kali ini Indonesia kembali mengusulkan kembali 4 bentuk
kerjasama yang berpeluang untuk memperoleh bantuan dari Pemerintah Belanda,
yaitu : Support to the Merauke’s Rice Seed Institute; Request for Dutch Support
to the center for Alleviation of Poverty through Secondary Crops/CAPSA;
Improving the Control of Golden Potato Cyst Nematoda; Development of
Horticultural Organic Farming.
Dalam kerangka kerjasama antar swasta melalui Program for
Cooperation with Emerging Market (PSOM), pihak Belanda mengharapkan pelaku
agribisnis Indonesia untuk lebih aktif dalam mencari partner bisnisnya di Belanda.
Berkaitan dengan masalah import bibit kentang dari
Belanda, pihak Belanda memahami penjelasan Indonesia mengenai aturandan syarat
impor bibit kentang ke Indonesia yang harus pula mengikuti peraturan
perkarantinaan yang berlaku.
Menindaklanjuti proyek PBSI (Programme Bilateral
Sammenwerken Indonesia)yang bertujuan untuk pengembangan capacity building
penanganan masalah-masalah perdagangan internasional/WTO, pihak Belanda
menyetujui untuk kelanjutan proyek tersebut dan mengharapkan Departemen Pertanian
dan Departemen Perdagangan dapat membuat dan memformulasikan proposal baru
untuk kegiatan tersebut.
Kerjasama RI – Belanda –
Malaysia
Trilateral Meeting ke-3,
Indonesia-Malaysia-Belanda / 15-17 Juni 2005
Pertemuan Trilateral Indonesia, Malaysia dan
Belanda yang dibentuk tahun 2003 bertujuan untuk meningkatkan akses pasar
produk-produk pertanian Indonesia dan Malaysia ke pasar Uni Eropa dengan
bantuan Belanda termasuk bantuan teknis mengenai food safety.
Dalam tahap pertama, cakupan kerjasama trilateral
tersebut disepakati untuk tiga komoditi yaitu Palm Oil, shrimps, sayuran dan
buah tropis yang pada pertemuan ini dibentuk kedalan Working Group untuk
masing-masing komoditi.
WG on Palm Oil
Usulan kerjasama yang dibahas dan memperoleh respon
positif dari pihak Belanda adalah 4 proyek yaitu Study on Possible of Minerals
Oil in Crude Palm oil in Malaysia; Establishment of MRLs for Pesticide Residues
in Crude Palm Oil; Workshop on Food Safety Guidelines at Province Level; RSPO
Satelite Office.
WG on Tropical Fruits and
Vegetables
Pada pertemuan tersebut dilaporkan mengenai
pengalaman yang diperoleh dari pertemuan Fruit Logistica, February 2005 tentang
akses pasar untuk buah tropis dan sayuran bagi pasar Belanda dan Uni Eropa.
Disampaikan pula tentang beberapa trend dan permintaan pasar bagi produk
hortikultura di pasar Belanda dan Uni Eropa seperti permintaan kontak langsung,
focus pada kekhasan produk, hubungan dan komunikasi langsung, promosi dan
pendidikan orientasi konsumen.
WG on Shrimp
Pertemuan melaporkan kemajuan pelaksanaan proyek
dan menyampaikan rencana kerja bidang shrimp termasuk Safe and
Sustainable Shrimp Farming at Farm Level; Mangrove Rehabilitation; Shrimp
Farming in Aceh Policy and Practice.
Kerjasama RI – Mesir
Joint Commission Meeting ke-4,
Indonesia – Mesir / 18-19 Juni 2005
Sidang yang berlangsung di Cairo menghasilkan
beberapa kesepakatan yang dituangkan kedalam Agreed Minutes yang ditandatangani
oleh masing-masing Ketua delegasi. Pada Sidang ini delegasi Indonesia dipimpin
oleh Menteri Perdagangan RI dan delegasi Mesir dipimpin oleh Menteri Kerjasama
Internasional Mesir.
Bidang yang kerjasama yang disepakati pada Agreed
Minutes tersebut adalah :
- Hubungan perdagangan
- Teknik dan ekonomi
- Industri
- Investasi
- Pariwisata
- Transportasi
- Bank Sentral
- Komunikasi, teknologi dan Informasi
- IPTEK
- Budaya, Pendidikan, Pemuda dan olah raga
- Kesehatan
- Pertanian
Khusus di bidang pertanian kedua negara menegaskan kembali pentingnya
realisasi usulan kerjasama yang pernah disampaikan sebelumnya, dimana pihak
Mesir mengusulkan i) peningkatan kerjasama bidang pertanian; ii) pertukaran
ilmu; iii) pengembangan kerjasama dibidang produksi pertanian dan peternakan di
daerah Toshka; iv) joint venture revitalisasi pabrik gula di Indonesia,
produksi dan industri pupuk, palm oil refinery berikut produknya; v) eksportasi
produk sampingan industri gula. Sedangkan dari pihak Indonesia juga menggaris
bawahi pentingnya merealisasikan sejumlah usulan pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya antara lain : peningkatan kerjasama dibidang agribisnis pertanian,
kerjasama pembangunan irigasi pertanian, pengembangan produk hortikultura,
pengembangan industri pupuk, joint venture dibidang pergulaan, CPO dan
perkapasan. Kedua pihak sepakat melaksanakan
kerjasama disektor peternakan yang ditandai dengan ditandatanganinya MoU on
Veterinary Services and Quarantine Cooperation oleh Dirjen ASPASAF Departemen
Luar Negeri sebagai Ketua Delri pada tingkat SOM) dan Dirjen Peternakan Mesir.
Untuk kerjasama teknik disepakati akan diadakan
pertukaran tenaga ahli; program pelatihan; teknologi dan trainees di bidang
pertanian.
Kerjasama RI – dengan Negara
Timteng
Pertemuan Informal Menteri
Pertanian RI dengan Duta Besar Kawasan Timur Tengah / 29 Juli 2005
Pertemuan yang berlangsung di Perkebunan Teh milik
PT. Perkebunan Nusantara VIII di hadiri perwakilan dari 12 negara Timur Tengah
dan sejumlah pejabat dari berbagai instansi Pemerintah seperti Dep. Perdagangan,
Dep. Keuangan, Dep. Luar Negeri, Dep. Kehutanan, Dep. Kelautan dan Perikanan,
Bappenas, BKPM, Meneg BUMN, Perbankan dan beberapa pengusaha swasta.Pertemuan
tersebut juga dimaksudkan untuk mempromosikan potensi industri teh yang
dimiliki PT. Perkebunan Nusantara VIII yang pada bulan Mei juga turut sebagai
delegasi pada kunjungan kerja Menteri Pertanian ke Timur Tengah.
Kerjasama RI - Yaman
Sidang ke-1 Komisi
Bersama Indonesia – Yaman,
Yogyakarta 8-10 Agustus 2005
Pada Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior
Official Meeting-SOM) antara kedua negara, dilaksanakan pada tanggal 8-9
Agustus 2005. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika, Dep. Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh Wakil Menteri
Kerjasama Internasional, Kementrian Perencanaan dan Kerjasama Internasional
Republik Yaman. Delegasi dari Departemen Pertanian diwakili oleh Sekretaris
Jenderal Dep. Pertanian dan Kepala Bagian Bilateral, Biro KLN.Di
Pertemuan Tingkat SOM tersebut dibahas isu-isu untuk mempromosikan hubungan
bilateral di bidang ekonomi antara lain Perdagangan; Investasi; Industri;
Perminyakan; Bank Sentral dan Kelautan dan Perikanan.Sedangkan
untuk bidang sosial, kebudayaan dan IPTEK antara lain : Komunikasi; Pendidikan;
Agama; Tenaga Kerja; Budaya dan Pariwisata; Transportasi Udara; Transportasi
Darat; Transportasi Laut; Karsipan; Lingkungan Hidup; Pemberdayaan Perempuan
dan Pelatihan Kejuruan.
Dalam Sidang Komisi Bersama ke-1 Tingkat Menteri
yang berlangsung pada tanggal 10 Agustus 2005, Delegasi Indonesia dipimpin oleh
Menteri Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh Menteri Luar Negeri
Yaman. Pada pertemuan tersebut di tandatangani enam nota
kesepakatan yaitu di bidang Kesehatan; Kerjasama mengenai HAM; Kerjasama
Promosi Perdagangan antara BPEN dengan YESC (Yemen Export Supreme Council);
Kerjasama di Bidang Pertanian; Kerjasama Zona Bebas (Free Zone) antara Otorita
Batam dengan Aden Free Zone serta kerjasama antar Kantor Berita (ANTARA-SABA).Memorandum
of Understanding on Agricultural Cooperation antara Indonesia dan Yaman
ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian RI dan Deputy Minister
for International Cooperation, Ministry of Planning and International Cooperation. Kerjasama ini mencakup
bidang Hortikultura, Tanaman Pangan, Peternakan, Agribisnis, Agro-industry dan
lainnya.